Penggunaan Lab Bahasa paradigma baru atau disebut pendekatan komunikatif di Indonesia, dimulai sejak tahun delapan puluhan yakni kurikulum 1984. Meskipun sudah cukup lama, namun masih banyak orang yang menggunakan paradigma lama sehingga fungsi lab Bahasa belum menyeluruh saat ini.
Nah, bagaimana pendekatan komunikatif yang tepat sesuai paradigma baru agar lab Bahasa dapat lebih bermakna?
1. Transfer Informasi, siswa dapat melakukan komunikasi 2 individu atau lebih untuk menyebarkan informasi yang mereka miliki.
2. Information gap, supaya terjadi transfer informasi, maka setiap siswa didik haruslah memiliki informasi yang berbeda. Baik hanya salah satu yang memiliki maupun saling memiliki namun berbeda informasinya.
3. Task dependency, artinya peserta didik hanya akan dapat menyelesaikan tugas ke dua apabila dia dapat menyelesaikan tugas pertama dengan baik. Dengan hal ini siswa akan lebih berusaha untuk dapat melakukan information gap.
4. Self-motivated participation: keikutsertaan yang didorong oleh motivasinya sendiri, bukan semata-mata karena mendapat tugas dari luar (misalnya guru danbuku). HAl ini dapat dilakukan dengan membuat siswa benar-benar menikmati pembelajaran sehingga ia akan lebih semangat dan memiliki motivasinya sendiri.
5. Student-centred activity: kegiatan yang berpusat pada kepentingan sesama peserta didik, bukan semata-mata untuk memuaskan tugas terstruktur dari guru. Hal ini dibutuhkan kerjasama tim antar sesama siswa.
6. Inter-student communication: dalam berlatih lebih terbina komunikasi antar peserta didik, bukannya komunikasi yang hanya melibatkan guru saja.
7. Student interaction and cooperation: dalam berlatih bersama, terbina interaksi antar peserta didik dalam memecahkan persoalan bersama, sebagaimana layaknya komunikasi dalam pergaulan yang wajar/alami.
8. Non-judgemental evaluation: penilaian hasil kerja yang tidak bersifat“memvonis” sebagai “salah” atau “benar”, tetapi “meluruskan”agar isi informasi tidak melenceng.
9. Correction of the content: apabila terjadi kesalahan dalam penyelesaian tugas,maka koreksi dilakukan hanya kalau kesalahan itu mengakibatkan isi informasimenjadi melenceng/salah. Kesalahan tata bahasa dikoreksi pada waktu laintersendiri.
10. Self-correction: karena pada waktu mengerjakan latihan seorang peserta didik merasa bertanggung jawab untuk melanjutkan ke tugas berikutnya (prinsip no.3), maka dia akan sadar dengan sendirinya apabila yang bersangkutan membuat kekeliruan pada waktu mengerjakan tugas/latihan.
11. Unconscious working on grammar: menerapkan kaidah tata bahasa melalui kegiatan berkomunikasi dengan bahasa yang ditargetkan.
12. Group problem solving: berdiskusi, kalau perlu berdebat secara sehat, di antararekan sekelompok sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Nah, model pembelajaran diatas dapat menggunakan Lab Bahasa dengan lebih fungsional, dimana guru tetap menjadi tokoh utama. Lab Bahasa hanya sebagai sarananya.
Sumber : panduan laboratorium bahasa klinik guru uns